Halllllo Teman....
Aku mau berbagi cerita nih alias sharing mengenai
suatu hal yang menurut aku cukup krusial di dalam kehidupan kita (cieeeee,,,
bahasanyaa, serius bingit yaaw, hahaha). Aku mau sharing nih soal cerita
kehidupan berumah tangga. Emmmm, agak berat nih ya. Walaupun sebenarnya aku
sendiri belum berumah tangga, tapi aku sudah cukup melihat beberapa contoh-contoh
kehidupan dalam berumah tangga, terutama dalam “menyikapi dan menyelesaikan”
masalah. Secara aku perempuan dan sering jadi tempat curhatnya beberapa perempuan
di kalangan keluarga aku dalam mencurahkan keluh kesah mereka dalam berumah
tangga.
Dari beberapa cerita dan fakta yang aku liat langsung di
lapangan rumah tangga,, hahaha..Yang selalu menjadi permasalahan adalah cara
dalam menyikapi suatu masalah dari masing-masing pasangan tersebut. Gak bisa
dipungkiri yaa, bahwa dalam menyikapi masalah itu selalu disertai emosi. Kalau
aku amati, sebenernya, emosi pribadi inilah yang membuat suatu masalah itu jadi
semakin runyam alias complicated. Di dunia ini gak mungkin gak ada masalah.
Kalau kita menyadari dengan sangat sadar, bahwa kita ini sebenarnya hidup
dengan masalah. Nah, karena kita hidup dengan masalah, makanya kita dibekali akal
dan pikiran sama Tuhan buat menyelesaikan masalah tersebut. Ingat ya...”Menyelesaikan”
bukan malah bikin tambah semrawut a.k.a runyam.
Nah, seperti kita ketahui, manusia diciptakan sebagai
makhluk yang sempurna oleh Tuhan, sehingga kita dibekali juga yang namanya
emosi yang nantinya akan tercermin dalam bentuk bahagia, sedih, marah, dan
sebagainya. Nah kebanyakan nih ya, klo kita sedang menghadapi suatu masalah
yang melibatkan suatu hal yang berkaitan dengan cara menyikapi sesuatu, pasti kita punya
pendapat masing-masing mengenai cara kita sendiri dalam menyikapi hal tersebut.
Dan jika sudah berkaitan dengan yang namanya “Pendapat” maka seseorang pasti
punya naluri untuk mempertahankan pendapatnya sendiri karena itulah yang lahir
dari cara pandang kita terhadap suatu masalah dan itu yang kita aplikasikan
dalam “Menyikapi” suatu masalah. Pendapat seseorang tidak bisa disalahkan
karena memang cara pandang masing-masing orang berbeda. Jika kita ingin merubah
pendapat seseorang, maka rubahlah cara pandangnya.
Menyikapi suatu masalah, belum tentu dapat “Menyelesaikan” masalah
tersebut kan ya. Seperti halnya ketika kita mau ujian kenaikan kelas, ada yang
menyikapinya dengan tetap tenang dan belajar rajin, ada yang tetap tenang tapi
santai aja dan gak belajar, ada juga yang tetap gugup atau nervous walaupun
sudah belajar mati-matian. Nah, walaupun cara menyikapinya berbeda-beda tapi
tetap saja ujian itu akan kita hadapi, dan hasilnya adalah tergantung dari cara
kita menyelesaikan ujian tersebut dengan sikap yang sudah kita tetapkan
sebelumnya. Semua ujian pasti akan selesai, tapi selesainya bagaimana alias
hasil dari penyelesaiannya tadi bagaimana. Bagi yang sebelumnya menyikapi ujian
tersebut dengan mengambil sikap untuk
belajar dengan rajin dan berusaha tetap tenang, maka mudah2an ujian tersebut
dapat diselesaikan dengan hasil yang baik. Nah, tentu berbeda dengan hasil
ujian orang yang menyikapinya dengan santai tanpa belajar sama sekali. Ujiannya
tetap selesai, tetapi hasilnya tentu tidak memuaskan, dan mungkin harus
mengulang lagi untuk menyelesaikan ujian yang sama, dengan kata lain ujiannya
belum terselesaikan karena cara menyikapinya yang salah.
Dalam hal menyikapi masalah, pasti ada campur tangan emosi
pada diri kita. Kalau menurut Aku, emosi ini adalah suatu bentuk seni cara berpikir
kita yang nanti tercermin dalam bentuk ke-EGO-an kita yang akan nampak dalam
sikap atau pendapat yang kita tampilkan nantinya dalam menyikapi masalah.
Misalnya, ketika mau belajar buat ujian, apakah kita akan belajar sendiri atau
belajar kelompok. Ada yang berpikir dangan belajar kelompok, belajar akan
menjadi lebih mudah, tapi ada juga yang dengan belajar kelompok, malah susah
menyerap pelajaran karena mungkin dia hamya bisa belajar sendiri tanpa ada
keributan atau gangguan dari orang lain. Nah ini biasanya berdasarkan
pengalaman masing-masing kita.
Kembali ke masalah Rumah Tangga... setelah panjang lebar
kita mengurai tentang cara menyikapi dan menyelesaikan masalah. Sebenarnya sama
saja dengan masalah lainnya. Hanya saja jika kita berumah tangga, maka kita tidak
lagi hidup sendiri untuk menentukan nasib kita sendiri, tapi kita hidup dengan
pasangan kita yang juga punya cara yang berbeda dalam menyikapi suatu masalah.
Selain itu, bukan hanya nasib kita sendiri yang kita tentukan, karena ada anak
yang notabene bergantung pada kedua orang tuanya dalam menyikapi suatu masalah.
Artinya, sikap yang kita ambil tidak hanya berimbas pada diri kita seorang,
tetapi juga pada pasangan dan anak kita.
Dengan pengalaman hidup yang sudah cukup banyak, maka
seharusnya kita sudah bisa memilah-milah sikap yang kita bawa dalam
menyelesaikan masalah agar penyelesaiannya baik hasilnya. Tentunya dalam
berumah tangga, sedari kecil kita sudah belajar hal ini dari orang tua kita.
Kita bisa menarik pelajaran apapun dari orang tua kita. Belum lagi mungkin bagi
yang pernah hidup dengan orang tua lain selain orang tua kandung kita.
Berumah tangga adalah suatu bentuk kerja sama antara dua
insan yang dipersatukan atas nama “JODOH” yang sudah ditakdirkan Tuhan untuk
bersama-sama dalam menghadapi ujian bersama ( W.O.W definisinya keyeeeen,
hihihi). Jadi, Kita sudah sampai pada tahap/level dimana Tuhan tidak lagi
membiarkan kita sendirian menghadapi ujian dunia yang begitu banyak dan rumit.
Kita diberikan teman untuk saling membantu dalam menyelesaikan masalah dalam
sebuah hubungan tali pernikahan. Bersatunya dua insan yang berbeda (beda jenis
kelamin otomatis lah ya... hehehe), tentu punya cara yang berbeda-beda pula
dalam menyikapi suatu masalah dan tentunya pengalaman masing2 juga berbeda. Ini
pun (Menikah) kalau menurut Aku juga merupakan suatu ujian dari Tuhan. Jika
kita sudah siap untuk menikah, berarti kita juga sudah siap untuk masuk ke
tahap/level ujian berikutnya yang tentunya semakin berat. Karena ujiannya makin
berat, makanya kita di suruh berpasangan, biar lebih mudah dalam menyelesaikan
masalah yang bakal di hadapi nantinya. Bagi yang udah pernah pacaran (apalagi
yang pacarannya udah cukup lama) seharusnya sudah tau pahit manisnya dalam
membina hubungan dengan orang lain yang tentunya banyak perbedaan dengan diri
kita. Permasalahannya bukan hanya satu yang dihadapi, tapi ada dua, yaitu
masalah yang sedang dihadapi dan masalah dalam manyikapinya. Masalah dalam
menyikapinya tentunya kita tidak sendiri lagi dan harus sharing alias berbagi
dengan pasangan kita. Karena perlu diingat, dengan “Menikah” berarti kita sudah
tidak hidup sendiri lagi, tapi sudah ada orang lain yang harus terlibat dalam
setiap keputusan dan langkah yang kita ambil. Karena seperti sudah dijelaskan
sebelumnya, bahwa imbas dari penyelesaian masalah tersebut bukan hanya pada
diri kita, melainkan juga akan berimbas pada pasangan kita. Makanya terkadang,
masalah baru muncul bukan karena masalah utamanya tidak teratasi/selesai,
melainkan karena salah seorang pasangan tidak meminta saran atau tidak
melibatkan pasangan yang satunya dalam menyelesaikan masalah utama tersebut,
eeeh, malah timbul masalah baru jadinya kan... Ingat bagi para
wanita/istri-istri, suami adalah imam kita yang akan bertanggung jawab atas
istri dan anaknya baik didunia dan di akhirat kelak. Para suami sudah
ditakdirkan untuk mengemban tanggung jawab itu. Jadi seorang istri adalah suatu
kehormatan bagi suaminya. Sikap seorang istri mencerminkan sikap suaminya dalam
membimbingnya sebagai seorang istri, dan itu juga berlaku sebaliknya.
Perlu kita sadari, kehidupan kita ini adalah suatu proses
belajar yang terus-menerus, belajar cara-cara dalam menyikapi dan menyelesaikan
masalah dan ujian yang diberikan Tuhan kepada kita, bahkan belajar untuk
persiapan kita di akhirat kelak. Hasil dan nilai yang kita peroleh nantilah
yang akan menetukan kita untuk bisa naik ke tahap/level selanjutnya atau tidak.
Karena sudah tentu, ujian untuk anak-anak pastilah berbeda dangan ujian untuk
orang dewasa. Ingat, “Semakin tinggi pohon, maka semakin besar pula angin yang
akan menerpanya”.
Owkey... sekian dulu Sharing-an dari Saya..
Mudah-mudahan bermanfaat.