Kita semua pasti pernah mengalami yang namanya batuk. Batuk sebenarnya merupakan suatu bentuk pertahanan tubuh kita. Batuk adalah suatu ekspirasi yang eksplosive, yang merupakan mekanisme perlindungan normal untuk membersihkan tracheobronchial tree dari sekret dan benda asing yang berlebihan. Jika batuk sudah sangat mengganggu, maka kita perlu mencari pertolongan medik, karena rasa tidak nyaman, mengganggu kehidupan normal.
MEKANISME
Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena reflek. Refleks batuk terjadi melalui afferent dan efferent pathways.
Mekanisme batuk sendiri tediri atas empat fase yakni iritasi, inspirasi, kompresi dan ekspulsi.
1. Fase iritasi : merupakan fase perangsangan reseptor oleh berbagai rangsangan.
2. Fase inspirasi : pada fase ini glottis secara reflex terbuka akibat kontraksi otot. Inspirasi terjadi secara cepat dan dalam hingga udara dalam jumlah besar dihirup masuk kedalam paru.
3. Fase kompresi terjadi dengan menutupnya glottis, otot-otot interkonstal dan abdominal berkontraksi hingga tekanan rongga dada menjadi tinggi sekali.
4. Fase ekspulsi : pada fase ini glottis membuka secara tiba-tiba sehingga terjadi pengeluaran udara dalam jumlah besar dan berkecepatan tinggi, disertai pengeluaran benda asing atau lendi dari saluran napas.
Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena reflek. Refleks batuk terjadi melalui afferent dan efferent pathways.
Mekanisme batuk sendiri tediri atas empat fase yakni iritasi, inspirasi, kompresi dan ekspulsi.
1. Fase iritasi : merupakan fase perangsangan reseptor oleh berbagai rangsangan.
2. Fase inspirasi : pada fase ini glottis secara reflex terbuka akibat kontraksi otot. Inspirasi terjadi secara cepat dan dalam hingga udara dalam jumlah besar dihirup masuk kedalam paru.
3. Fase kompresi terjadi dengan menutupnya glottis, otot-otot interkonstal dan abdominal berkontraksi hingga tekanan rongga dada menjadi tinggi sekali.
4. Fase ekspulsi : pada fase ini glottis membuka secara tiba-tiba sehingga terjadi pengeluaran udara dalam jumlah besar dan berkecepatan tinggi, disertai pengeluaran benda asing atau lendi dari saluran napas.
Refleks batuk dapat ditimbulkan oleh:
1. Mekanik
stimulasi pada reseptor iritan pada epitel permukaan saluran napas, oleh debu, asap, distorsi saluran napas, fibrosis paru, atelektasis atau massa intrabronkial.
stimulasi pada reseptor iritan pada epitel permukaan saluran napas, oleh debu, asap, distorsi saluran napas, fibrosis paru, atelektasis atau massa intrabronkial.
2. Proses inflamasi
Spt post nasal drip, refluks gastro esofageal, laringitis, trakeobronkiti.
3. Stimulasi psikogenik
Rangsangan psikogenik dapat meningkatkan batuk karena stimulasi mekanis dan inflamasi.
ETIOLOGI
Batuk dapat terjadi karena :
1. Irritants saluran napas : merokok, debu, asap, sekresi saluran napas atas, isi lambung. Terpapar irritants terus menerus juga dapat menyebabkkan inflamasi saluran napas à batuk dan mensensitisasi saluran napas pada irritants lain.
2. Inflamasi paling sering karena infeksi saluran napas, mulai viral atau bakterial bronchitis sampai bronchiektasis.
3. Asma
4. Kanker paru yang menginfiltrasi dinding saluran napas
5. granuloma seperti pada endobronchial sarcoidosis atau tuberkulosis.
6. Kompresi saluran napas karena massa ekstrinsik, termasuk lymph nodes, tumor2 mediastinum, dan aneurisma aorta
7. penyakit parenkim paru: penyakit paru interstitial, pneumonia, abses paru.
8. gagal jantung kongestif, terjadi edema peribronkial yang dapat memicu terjadnya batuk
9. ACE inhibitors terjadi pada 5 sampai 20% dari pasien, umumnya terjadi batuk non produktif
1. Irritants saluran napas : merokok, debu, asap, sekresi saluran napas atas, isi lambung. Terpapar irritants terus menerus juga dapat menyebabkkan inflamasi saluran napas à batuk dan mensensitisasi saluran napas pada irritants lain.
2. Inflamasi paling sering karena infeksi saluran napas, mulai viral atau bakterial bronchitis sampai bronchiektasis.
3. Asma
4. Kanker paru yang menginfiltrasi dinding saluran napas
5. granuloma seperti pada endobronchial sarcoidosis atau tuberkulosis.
6. Kompresi saluran napas karena massa ekstrinsik, termasuk lymph nodes, tumor2 mediastinum, dan aneurisma aorta
7. penyakit parenkim paru: penyakit paru interstitial, pneumonia, abses paru.
8. gagal jantung kongestif, terjadi edema peribronkial yang dapat memicu terjadnya batuk
9. ACE inhibitors terjadi pada 5 sampai 20% dari pasien, umumnya terjadi batuk non produktif
Menurut lamanya batuk di golongkan atas :
· Batuk akut (<3 minggu)
Paling sering karena infeksi saluran napas atas ( khususnya common cold, sinusitis bakterial akut, dan pertusis), tetapikelainan yang lebih serius seperti pneumonia, emboli paru, dan congestive heart failure, juga dapat terjadi.
Paling sering karena infeksi saluran napas atas ( khususnya common cold, sinusitis bakterial akut, dan pertusis), tetapikelainan yang lebih serius seperti pneumonia, emboli paru, dan congestive heart failure, juga dapat terjadi.
· Batuk kronik (>3 minggu)
Pada perokok meningkatkan kemungkinan PPOK atau kanker bronkogenik. Pada bukan perokok dengan foto toraks normal dan tidak menggunakan ACE inhibitor, penyebab batuk paling sering adalah postnasal drip, asma, dan gastroesophageal reflux.
Pada perokok meningkatkan kemungkinan PPOK atau kanker bronkogenik. Pada bukan perokok dengan foto toraks normal dan tidak menggunakan ACE inhibitor, penyebab batuk paling sering adalah postnasal drip, asma, dan gastroesophageal reflux.
Secara klinis batuk dibedakan menjadi dua golongan :
Batuk kering yang tak disertai dengan pengeluaran lendir atau hanya sedikit lendir yang keluar.
Batuk berlendir atau batuk produktif. Pada batuk produktif banyak lendir yang dikeluarkan pada saat batuk.
Saat batuk kering menyerang, penderita akan merasa sangat terganggu dan merasa sakit saat batuk, sehingga diperlukan obat untuk menekan batuknya. Obat yang dianjurkan untuk jenis batuk kering adalah obat antitusif. Sedangkan untuk batuk berlendir, disarankan pemberian obat batuk ekspektoran, yang merangsang pengeluaran lendir dan bahan iritan lainnya dari saluran napas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiografi dada· Massa intratoraks
· Infiltrat paru, penyakit interstitial difus atau alveolar.
· Honeycom appearance atau bentuk kistik menjadi bronkiektasis.
· symmetric bilateral hilar adenopathy menjadi sarcoidosis.
b. Test faal paru
untuk mengetahui fungsi paru abnormal yang mungkin menyertai
c. Laboratorium : sputum segar dan mikroskopik
· Purulent menjadi chronic bronchitis, bronchiectasis, pneumonia, atau lung abscess.
· Darah di sputum.
· bakteri Gram and BTA dan kultur infeksi bersifat patogen
· Sitologi sputum untuk diagnosis keganasan paru
KOMPLIKASI
· Sakit dinding dada dan abdomen
· Inkontinensia urin
· kelelahan
· serangan batuk mendadak : syncope
· Patah tulang iga à fraktur patologik
· Sakit dinding dada dan abdomen
· Inkontinensia urin
· kelelahan
· serangan batuk mendadak : syncope
· Patah tulang iga à fraktur patologik
HEMOPTISIS
· Hemoptisis adalah ekspektorasi darah atau dahak yang mengandung bercak darah dan berasal dari saluran napas bawah.
· Hemoptisis masif adalah batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24 jam.
· Hemoptisis adalah ekspektorasi darah atau dahak yang mengandung bercak darah dan berasal dari saluran napas bawah.
· Hemoptisis masif adalah batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24 jam.
Penting bedakan bahwa darah berasal dari saluran napas dan bukan dari traktus gastrointestinal. Darah yang berasal dari gastrointestinal berwana hitam kemerahan dan pH-nya asam, sebaliknya pada hemoptisis darah merah terang dan ph-nya alkali.
Saluran napas dan paru2 terutama diperdarahi oleh sistem arteri-vena pulmonalis dan sistem arteri bronkialis yang berasal dari aorta. Dari kedua sistem ini perdarahan pada sistem arteri bronkialis lebih sering terjadi.
Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi, neoplasma, kelainan kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah penyebab tersering hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang menonjol.
Pada tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis dan perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis yang akan mengakibatkan hemoptisis pula.
Saluran napas dan paru2 terutama diperdarahi oleh sistem arteri-vena pulmonalis dan sistem arteri bronkialis yang berasal dari aorta. Dari kedua sistem ini perdarahan pada sistem arteri bronkialis lebih sering terjadi.
Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi, neoplasma, kelainan kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah penyebab tersering hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang menonjol.
Pada tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis dan perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis yang akan mengakibatkan hemoptisis pula.
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
· Deskripsi hemoptisis
1. Blood-streaking dengan sputum mukopurulen atau purulen : Bronkitis
2. Produksi sputum kronik dg perubahan kuantitas dan gambaran sputum : bronkitis kronik eksaserbasi akut.
3. Demam dengan blood-streaked purulent sputum : Pneumonia
4. Sputum yang berbau busuk : abses paru
5. Produksi sputum kronik dan banyak : bronkiektasis
6. Pleuritic chest pain akut dan dispneu dengan hemoptisis : emboli paru
a. Anamnesis
· Deskripsi hemoptisis
1. Blood-streaking dengan sputum mukopurulen atau purulen : Bronkitis
2. Produksi sputum kronik dg perubahan kuantitas dan gambaran sputum : bronkitis kronik eksaserbasi akut.
3. Demam dengan blood-streaked purulent sputum : Pneumonia
4. Sputum yang berbau busuk : abses paru
5. Produksi sputum kronik dan banyak : bronkiektasis
6. Pleuritic chest pain akut dan dispneu dengan hemoptisis : emboli paru
· Penyakit lain yang berhubungan dengan hemoptisis
- penyakit ginjal : Goodpasture's syndrome or Wegener's granulomatosis
- SLE : Lupus pneumonitis
- keganasan sebelumnya (recurrent lung cancer/ metastasis endobronkial
yang berasal dari tumor primer di luar paru).
- AIDS : endobronchial or pulmonary parenchymal Kaposi's sarcoma
- Faktor risiko kanker bronkogenik, khususnya rokok dan paparan asbestos
- kelainan perdarahan sebelumnya
- pengobatan dengan antikoagulan
- penggunaan obat yang dapat menyebabkan trombositopenia.
Pemeriksaan penunjang
· Foto toraks PA dan lateral
· Bronkoskopi
· CT scan dada
· Foto toraks PA dan lateral
· Bronkoskopi
· CT scan dada
TERAPI
Tujuan:
· Menghentikan perdarahan
· Mencegah obstruksi jalan napas
· Dukungan terhadap fungsi vital pasien
· Terapi penyakit dasar
Terapi Konservatif
· Bila perdarahan sedikit (15-20 ml/24 jam) maka pasien cukup ditenangkan
· Pasien diistirahatkan, tirah baring hindari manipulasi dada berlebihan
· Bila darah keluar banyak jangan diberi antitusif, bila batuk berlebihan dan darah sedikit dapat diberi antitusif
· Oksigen
· Cairan/ Transfusi darah
· Antibiotik
· Sedasi ringan
Tujuan:
· Menghentikan perdarahan
· Mencegah obstruksi jalan napas
· Dukungan terhadap fungsi vital pasien
· Terapi penyakit dasar
Terapi Konservatif
· Bila perdarahan sedikit (15-20 ml/24 jam) maka pasien cukup ditenangkan
· Pasien diistirahatkan, tirah baring hindari manipulasi dada berlebihan
· Bila darah keluar banyak jangan diberi antitusif, bila batuk berlebihan dan darah sedikit dapat diberi antitusif
· Oksigen
· Cairan/ Transfusi darah
· Antibiotik
· Sedasi ringan
Indikasi operasi:
· Batuk darah > 250 ml/ 24 jam dan pada observasi tidak berhenti
· Batuk darah antara 100-250 ml/ 24 jam dan Hb < 10 g/dl serta pada observasi tidak berhenti
· Batuk darah antara 100-250 ml/ 24 jam dan Hb > 10 g/dl serta pada observasi 48 jam tidak berhenti.
· Batuk darah > 250 ml/ 24 jam dan pada observasi tidak berhenti
· Batuk darah antara 100-250 ml/ 24 jam dan Hb < 10 g/dl serta pada observasi tidak berhenti
· Batuk darah antara 100-250 ml/ 24 jam dan Hb > 10 g/dl serta pada observasi 48 jam tidak berhenti.
No comments:
Post a Comment
comment nya jangan lupa yaaaaa...;-)