Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut sistemik
yang disebabkan oleh Salmonella
typhi dengan gejala demam lebih dari satu
minggu, gangguan pada saluran pencernaan,
dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang
banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama
di negara-negara sedang
berkembang. Salmonella typhi
merupakan bakteri gram negatif.
Sumber penularan penyakit demam tifoid dapat melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi, biasanya kontaminasi berasal dari fases, muntahan
atau cairan badan. Salmonella typhi
dapat menyebar melalui tangan penderita, lalat dan serangga lain.
1 Gambaran
klinis
Demam tifoid pada umumnya menyerang
penderita kelompok umur 5-30 tahun dan jarang terjadi pada umur 2 tahun maupun
diatas umur 60 tahun dengan masa inkubasi umumnya 5-40 hari dengan rata-rata
antara 10-14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala
klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat
sehingga harus dirawat.
2. Etiologi dan Patogenesis
Demam
tifoid disebabkan oleh
kuman Salmonella typhi atau Salmonella para typhi.Penularan ke manusia melalui makanan dan atau minuman yang tercemar dengan feses manusia. Organisme ini juga mampu bertahan beberapa minggu di dalam air, es, debu, sampah kering, dan pakaian, mampu bertahan di sampah mentah selama satu minggu dan dapat bertahan dan berkembang biak dalam susu, daging, telur, atau produknya tanpa merubah warna atau bentuknya.
kuman Salmonella typhi atau Salmonella para typhi.Penularan ke manusia melalui makanan dan atau minuman yang tercemar dengan feses manusia. Organisme ini juga mampu bertahan beberapa minggu di dalam air, es, debu, sampah kering, dan pakaian, mampu bertahan di sampah mentah selama satu minggu dan dapat bertahan dan berkembang biak dalam susu, daging, telur, atau produknya tanpa merubah warna atau bentuknya.
Setelah melewati lambung kuman
mencapai usus halus dan invasi ke jaringan limfoid yang merupakan tempat predileksi untuk berkembang
biak. Melalui saluran limfe mesenterik kuman masuk ke aliran darah sistemik (bakterimia I)
dan mencapai sel-sel retikulo endothelia dari hati dan limfa. Fase ini dianggap masa inkubasi
(7-14 hari). Kemudian dari jaringan ini kuman dilepas ke sirkulasi
sistemik (bakterimia II) melalui duktus torasikus dan mencapai organ-organ
tubuh terutama limfa, usus halus, dan kandung empedu.
Kuman Salmonella menghasilkan
endotoksin yang merupakan kompleks lipopolisakarida dan dianggap berperan
penting pada pathogenesis demam tifoid. Endotoksin bersifat pirogenik serta
memperbesar reaksi peradangan dimana kuman Salmonella berkembang biak.
Di samping itu merupakan stimulator yang kuat untuk memproduksi sitokin oleh sel-sel makrofag dan sel leukosit
di jaringan yang meradang. Sitokin ini merupakan
mediator-mediator untuk timbulnya demam dan gejala toksemia (proinflamatory). Oleh karena basil salmonella
bersifat intraselluler maka hampir semua bagian tubuh dapat terserang dan
kadang-kadang pada jaringan yang terinvasi dapat timbul fokal-fokal infeksi.
Penularan terjadi melalui oral (makanan atau minuman
yang terkontaminasi Salmonella
typhi). Melewati
barrier asam lambung (menurunya derajat keasaman asam lambung makanan bersifat
basa, antasida). Melewati
barrier usus halus (menurunnya gerakan peristaltic usus, short chain fatty acid
yang dihasilkan flora normal usus) dan gangguan produksi atau fungsi IgA mukosa usus. Menempel
dan masuk kedalam sel epitel usus halus, bergerak kearah baso lateral, keluar
dari sel epitel usus halus, masuk kelamina propira.
3.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan tifoid :
1. Optimalisasi
pengobatan dan mempercepat penyembuhan
2. Observasi
terhadap perjalanan penyakit
3. Meminimalisasi
koplikasi
4. Menghindari
efek samping obat
5. Mencegah
kematian karena tifoid
6. Isolasi
untuk menjamin
pencegahan terhadap pencemaran atau kontaminasi.
- Terapi non farmakologi
Pasien
yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah komplikasi,
terutama pendarahan atau perforasi. Bila gejala
klinis berat, pasien
harus istirahat total. Pasien harus tirah baring total sampai minimal 7 hari
bebas demam dan atau kurang lebih 14 hari. Bila terjadi penurunan
kesadaran maka posisi tidur pasien harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk
mencegah komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Bila pasien membaik, maka
dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang-kadang
terjadi obstipasi dan retensi urin.
2. Nutrisi
§ Cairan
Pasien harus
mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan parenteral
diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran
serta yang sulit makan.
Dosis cairan
parenteral adalah sesuai dengan kebutuhan harian (tetesan rumatan). Bila ada komplikasi, dosis cairan disesuaikan
dengan kebutuhan. Cairan
harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.
§ Diet
Diet harus
mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah
seluose (rendah serat) untuk mencegah pendarahan atau perforasi. Diet untuk penderita tifoid biasanya
diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa. Bila keadaan pasien baik,
diet dapat dimulai
dengan bubur atau diet cair yang selanjutnya dirubah secara bertahap sampai padat sesuai dengan
tingkat kesembuhan pasien.
Penderita dengan
kesadaran menurun diberi diet secara enteral melalui pipa lambung. Diet parenteral
dipertimbangkan bila ada tanda-tanda komplikasi pendarahan atau perforasi.
Juga diperlukan
pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung keadaan umum pasien.
Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan homeostatis, sistem imun akan tetap
berfungsi dengan optimal.
- Terapi Farmakologi
Sampai saat ini masih diyakini
pengobatan antibiotik sebagai pengobatan tifoid. Pemberian antibiotik
berguna untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman. Sebelum antibiotik diberikan, harus
diambil spesimen
darah atau sumsum tulang lebih dulu, untuk pemeriksaan biakan kuman Salmonella
(biakan gaal).
Antibiotik
yang dipilih harus mempertimbangkan :
- Telah dikenal sensitif dan potensial untuk tifoid
- Mempunyai sifat farmakokinetik yang dapat berpenetrasi dengan baik ke jaringan serta mempunyai afinitas yang tinggi menuju organ sasaran
- Berspektrum sempit
- Cara pemberian yang mudah dan dapat ditoleransi dengan baik oleh penderita termasuk anak dan wanita hamil
- Efek samping yang minimal
- Tidak mudah resisten dan efektif mencegah karier.
Antibiotik
|
Dosis
|
Kelebihan dan Keuntungan
|
Kloramfenikol
|
Anak:
50-100 mg/KgBB/hr Max 2 gr selama 10-14 hr. Dibagi 4 dosis
|
· Merupakan obat yang
paling sering digunakan dan telah lama dikenal efektif untuk tifoid
·
Murah dan dapat
diberi peroral dan sensitivitas masih tinggi
·
Pemberian PO/IV
· Tidak diberikan bila
leukosit <2000/mm3
|
Seftriakson
|
Anak:
80 mg/kgBB/hr, dosis tunggal selama 5 hari
|
·
Cepat menurunkan
suhu, lama pemberian pendek dan dapat dosis tunggal serta cukup aman untuk
anak
·
Pemberian IV
|
Ampisilin
&
|
Anak:
100 mg/kbBB/hr.
Selama
10 hari
|
·
Aman untuk pnderita
hamil
·
Sering dikombinasi
dengan kloramfenikol pada pasien kritis
·
Tidak mahal
·
Pemberian PO/IV
|
TMP-SMX (Kotrimoksazol)
|
Anak :
TMP (Trimetoprim) 6-10 mg/kgBB/hr atau SMX (Sulfametoxazole) 30-50 mg/kbBB/hr.
Selama 10 hari
|
·
Tidak mahal
·
Pemberian per oral
|
Quinolone
|
·
Siprofloksasin 2 x
500 mg 1 minggu
·
Ofloksasin 2 x
(200-400) 1 minggu
·
Pefloksasin 1 x 400 selama
1 minggu
·
Fleroksasin 1 x 400
selama 1 minggu
|
· Pefloksasin dan
fleroksasin lebih cepat menurunkan suhu
· Efektif mencegah
relaps dan karier
· Pemberian per oral
· Anak-anak tidak
dianjurkan karena efek samping pada pertumbuhan tulang
|
Cefixime
|
Anak:
15-20 mg/kgBB/hr dibagi 2 dosis selama 10 hari
|
· Aman untuk
anak’Efektif
· Pemberian peroral
|
Tiamfenikol
|
Anak:
50 mg/kgBB/hr
Selama (5-7) hari
bebas panas
|
· Dapat untuk anak dan
dewasa
· Dilaporkan cukup
sensitif pada beberapa daerah
|
terimakasih nih pembahasannya...
ReplyDelete